Rabu, 11 Oktober 2017

Etika dan Moralitas Remaja kita


MASA remaja adalah masa transisi sekaligus masa kegemilangan. Dikatakan masa transisi karena masa ini adalah masa perpindahan dari usia kanak-kanak menuju usia remaja, usia yang menuntut kedewasaan. Di samping itu, pada masa remaja manusia bisa melakukan banyak hal yang produktif dalam hidupnya. Kekuatan fisik yang mendukung, juga semangat muda yang menggelora, menjadikan remaja sebagai tonggak peradaban manusia.
Melihat dan mencermati moral remaja kita masa kini sungguh sangat memprihatinkan sekaligus sangat disayangkan. Betapa tidak, remaja kita sekarang sudah banyak yang terlibat dalam tindak kriminal, mulai dari ngelem, pencurian, mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkotika, pergaulan bebas (yang mengarah kepada seks bebas), keluyuran tak tentu arah dan tujuan yang jelas (seperti anak-anak punk), dan lain sebagainya.
Beradab atau tidaknya suatu bangsa, dapat dilihat dari perilaku remajanya, terutama aspek moral alias akhlak atau budi pekerti. Moral adalah cerminan hidup bagi penegak bangsa dan remaja adalah harapan bangsa. Di pundaknyalah masa depan bangsa dipertaruhkan. Jika remajanya hancur, maka hancurlah bangsa.
Di zaman yang serba modern ini, remaja semakin lupa dengan apa yang seharusnya mereka kerjakan sebagai generasi penerus yaitu kewajiban belajar, patuh pada orangtua dan juga agama. Para remaja sekarang lebih mementingkan hura-hura (hedonis) dan memperturutkan hawa nafsu daripada menjalankan kewajiban. Hal inilah yang dikhawatirkan, moral bangsa akan terabaikan dan tidak sedikit orangtua yang lebih cenderung memenuhi kebutuhan fisik buah hatinya daripada kebutuhan ruhani mereka.
Para orangtua sering sibuk dengan profesi mereka masing-masing. Sementara anak dipercayakan pada orang yang kurang berwenang terhadap dirinya. Itulah yang menyebabkan anak hidup dengan jalan mereka sendiri, tanpa bimbingan dari orangtua. Mereka tidak menyadari yang mereka lakukan adalah awal dari hancurnya moral mereka, sedangkan orangtua mereka tidak mengetahui sama sekali. Jika kebanyakan orangtua seperti ini, maka nasib bangsa ini menjadi taruhannya. Dengan demikian peran serta orangtua dan lingkungan sangat penting dalam pengawasan pertumbuhan moral anak sebagai generasi penerus.
Faktor yang mempengaruhi terhadap nilai dan moral remaja adalah faktor lingkungan yang mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terjadi di keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Selain itu juga kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai sarana rekreasi yang tersedia didalam lingkungannya akan berpengaruh juga terhadap perkembangan nilai dan norma tersebut.
Remaja yang tumbuh dan berkembang pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang kondusif yang penuh rasa aman secara psikologis, pola ineraksi yang demokratis, penuh kasih sayang dan religius dapat diharapkan berkembang menjadi remaja yang berbudi luhur, moralitas tinggi, serta sikap dan perilaku yang terpuji.
Sedangkan apabila seorang remaja tumbuh dalam kondisi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang tidak kondusif seperti kondisi psokologis yang penuh dengan koflik, pola interaksi yang tidak jelas, pola asuh yang tidak berimbang, dan kurang religius maka dikhawatirkan akan membentuk remaja yang tidak memliki nilai-nilai luhur, moralitas tinggi, dan sikap terpuji.
Selain hal diatas terdapat factor-faktor yang memengaruhi bobroknya moral pelajar di masa sekarang, yaitu:
1. Longgarnya pegangan terhadap agama
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga lembaga ini tidak berjalan menurut semestinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya.
3. Budaya yang materialistis, hedonistis dan sekularistis
Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun gajala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.
4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semakin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.
5. Ingin mengikuti trend
Mungkin pada awalmya para remaja merokok adalah ingin terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah mencoba merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas.
6. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian
7. Kurangnya pendidikan Agama dan moral.
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada generasi penerus pada saat ini, diantaranya adalah:
  • Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral dan kepribadian seseorang.
  • Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
  • Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Dewasa ini, orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
  • Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi.
  • Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.
  • Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut dalam suatu perkumpulan remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin, pagelaran seni, serta olahraga, karena hal tersebut juga dapat meminimalkan untuk seorang anak terjun kedalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya mubadzir (sia-sia), semua jenis kegiatan rutin,selama kegiatan tersebut bersifat positif serta dapat juga untuk mengukir prestasi.
(Credits, NUR @kompasiana)

0 komentar:

Posting Komentar