Rabu, 11 Oktober 2017

Videografi (membuat video cinematic) dengan menggunakan kamera DSLR





Setting camera DSLR untuk video

Tahap untuk membuat video seperti film bioskop atau video seperti cinema. Jake Coppinger memberikan pelajaran membuat video dengan camera DSLR seperti film bioskop atau efek Cinema. 

Membuat film dengan camera DSLR tidak seperti camcorder. Ada beberapa setting yang diperlukan. Jake memberikan penjelasan apa alasan setting dari camera harus dibuat sedemikian rupa.


UNTUK SETTING CAMERA DENGAN VIDEO RECORDING

Dengan setting manual, membuat proses pengambilan gambar video dapat dikendalikan oleh kita. 

Di beberapa camera memiliki setting Movie Exposure. Model camera low end umumnya memiliki Auto Exposure dan Exposure Lock, prinsipnya sama.

Misal Canon DSLR terdapat setting Movie Exposure, pindahkan ke manual. Di camera low end, exposure lock dapat dikunci dengan sebuah tombol.

Setting video dengan 24 atau 25 fps. Pilih salah satu dan seluruh video dibuat dengan kecepatan frame rate tersebut.
Sebuah film yang direkam dengan kecepatan frame rate 50-60 fps akan terlihat lebih realistik tetapi bukan untuk setting film Cinema. Untuk film cinema dapat mengunakan setting 24 atau 25 fps.
Tentukan ukuran video, misalnya di rekam HD atau Full HD 1080p, atau mungkin anda memiliki camera dengan kemampuan 4K boleh juga.

Bila mengambil video di ruangan, dan berhubungan dengan cahaya lampu. Sebaiknya mengunakan setting 25 fps. Karena frekuensi lampu di Indonesia mengunakan 50Hz, bisa di cek dengan digital multimeter.


Setting Exposure Lock
Salah satu setting paling penting bila camera mengambil objek yang berbeda tingkat cahayanya. Misalnya dari terang dan gelap dan kembali terang
Camera DSLR mengunakan auto exposure atau otomatis kecerahan. Ketika mengambil objek yang terang, gambar rekaman di video akan terlihat baik.
Ketika camera DSLR bergerak dari sisi terang lalu ke arah lebih terang misalnya dari ruang luar dan bergerak ke dalam rumah. Maka gambar akan kembali gelap dan naik kembali mengambil exposure paling terang. Akibatnya objek yang sebelumnya terlihat jelas di video, akan sempat sekilas tampak lebih gelap.


Untuk setting camera DSLR ketika merekam video, dan cahaya gambar tidak turun naik seperti gelap terang dan kembali gelap lalu terang lagi. Tinggal di set di tombol Auto Exposure Lock. Pointing ke objek utama, dan tekan tombol seperti dibawah ini.

Teknik diatas dapat dilihat pada efek video dibawah ini. Perubahan pada display ketika camera mengunakan setting Auto Exposure secara normal vs Auto Exposure Lock

Contoh lebih jelas manfaat Auto Exposure dan dampak video yang direkam dapat dilihat dibawah ini.



Deep of Field dengan Aperture dan ISO di camera
DOF dengan angka F3,5 objek depan lebih fokus dan dibelakang terlihat blur. 
Deep Focus dapat mengunakan angka F lebih besar seperti 8. Bila kita ingin membuat detil video terlihat fokus seluruhnya 
Anda ingin mengambil video close-up, dimana objek wajah orang lebih dekat atau objek malam. Boleh saja mengunakan f3,5 atau f2.0 agar gambar yang dihasilkan semakin tajam. Tapi efeknya seperti foto, gambar akan tampak bokeh (blur di bagian belakang)

Tip bila mengunakan f8, untuk mengatur kecerahan gambar misalnya mengunakan F8 mungkin gambar kurang terang. Naikan saja ISO di camera, tapi jangan terlalu berlebihan.

Bila di lokasi terlalu terang, bisa diturunkan ISO lebih rendah misalnya ISO 100. Agar noise video tidak banyak terlihat dan rekaman video tidak terlalu jelas..

Kombinasi antara Aperture dan ISO dimanfaatkan hasil gambar video yang dibuat dapat dilihat dibawah ini. Gambar kiri terlihat gambar terlalu terang, gambar kanan di set via manual Aperture (f) dari camera.

Setting diatas untuk mengatur setting di camera dalam pengambilan video Cinema

Selanjutnya setting dari Frame Rate video dan Software Video Editing / Post Production


SETTING FRAME RATE VIDEO DAN SHUTTER SPEED

Ini bagian penting ketika melakukan setting camera untuk video Cinema.
Bila setting Shutter ketika merekam video terlalu tinggi menghasilkan video (film akhir) yang berbeda, seakan gambar menjadi “motion blur”. 
Bila setting shutter dibuat terlalu rendah seperti shutter 1/5s, ketika mengambil gerakan tangan atau tepuk tangan. Hasil rekaman pada bagian tangan akan terlihat berbayang. 

Setting yang tepat adalah 2x atau lebih dari frame rate video. misalnya mengunakan 25 fps untuk video, setting di shutter speed ke 1/50s, atau 1/100s atau 1/200s.
Bila angka kelipatan tidak ada di menu speed shutter, gunakan angka lebih tinggi yang terdekat atau mengunakan angka lebih besar dari frame rate video.
Intinya ambil angka lebih besar dari frame rate video

Dapat dilihat dari contoh video kiri gambar terlihat lebih gelap dan bergetar, dengan 1/50s gambar kanan terlihat lebih terang dan benda bergerak akan lebih nyata. Teknik ini disebut aturan 180 derajat shutter


BAGIAN PALING PENTING UNTUK SETTING CAMERA DSLR AMBIL ANGKA DIATAS KECEPATAN FRAME RATE
Lihat objek yang akan dibuat apakah objek diam atau bergerak. Bila objek bergerak lebih cepat, gunakan shutter lebih tinggi. Misalnya untuk video 25 fps, boleh mengunakan shutter speed 1/1000s
Apakah camera yang anda bawa ikut bergerak. Bila yah gunakan shutter speed lebih tinggi misalnya 2x menjadi 1/50s atau lebih tinggi.

Bila objek diam tapi sambil berbicara, shutter rendah tidak masalah. Contoh video untuk 25 fps, bisa mengunakan 1/30s atau lebih tinggi. Tapi tidak mengunakan 1/10s
Bila camera memiliki kecepatan frame rate 120fps dapat digunakan untuk efek slow motion. Misalnya camera mampu merekam 120fps, setting shutter speed 1/200s atau lebih tinggi. Nantinya video di perlambat ketika di proses di aplikasi video editing.

Proses video diambil oleh sensor, dan di proses menjadi video. Video akhir akan dibuat menjadi video final mengunakan frame rate 24fps (cinema), 25fps (Pal/Asia), 30fps (Amerika). Jangan mencampur video yang berbeda frame rate. Karena dalam proses editing akan terlihat berbeda.
Mengapa bagian ini penting. Agar video yang dibuat dan di edit tidak terlihat keterlambatan garis. Hal ini terjadi bila kita lupa mengatur shutter speed yang ternyata lebih rendah dari frame rate video yang dibuat.

SETTING DARI SOFTWARE EDITING VIDEO

Apa yang dapat dilakukan oleh editing software untuk video. Dengan software dapat mengunakan teknik gradasi warna, memberi warna serta output video seperti Cinema dengan ukuran lebar 2:35:1

Setting video dengan neutral atau warna netral
Video yang direkam sebaiknya mengunakan warna netral. Sehingga lebih mudah dirubah di software editing video.

Seperti gambar kiri adalah video asli yang direkam oleh camera digital. Terlihat warna sesuai warna asli ketika mengambil gambar

Dan gambar kanan setelah dirubah sepeti kontras dan warna. Membuat video lebih menarik setelah meningkatkan warna dalam sebuah video

Post-Production
Pembuat video amatir akan menghadapi gambar goyang. Sementara peralatan camera dari perusahaan film lebih canggih. Tentu hasilnya akan berbeda, dimana video yang dibuat kalangan amatir akan terlihat sering terguncang dan gambar tidak stabil.
Bila video yang dibuat hanya sedikit mengalami gerakan, dapat dibantu dengan fitur Stabilizerdari software editing video.

Color Grading
Dalam sebuah film memiliki warna berbeda. Misalnya film Maxtrix dibuat dengan warna lebih gelap. Untuk film Tranformer lebih di dominasi warna agak kuning.

Ada efek dalam film seperti kuning, biru atau gelap menunjukan suasana atau mood / emosi. Biru atau gelap menunjukan cerita serius, tegang atau genting. Semakin terang menunjukan suasana kegembiraan. Kuning mendominasi warna film aksi. Film dengan warna biru umumnya masuk kategori thriller.

Setting dapat diatur dari software editing. Mengunakan efek color correction atau RGB Curves. Atau mengunakan setting di camera biasanya ditandai dengan angka Kelvin.

Aspek Ratio atau ukuran lebar gambar video
Secara umum ukuran video modern mengunakan 16:9 seperti Full HD atau HD video
Untuk cinema dapat mengunakan rasio 2,35:1 seperti ukuran layar lebar bioskop dan disebut format ultra wide screen

Sisi atas dan bawah video dihilangkan atau hanya mengambil 60%-70% bidang gambar video. Proses pemotongan atau Crop dilakukan dari software video editing, sedangkan camera akan mengambil gambar secara normal dengan perbandingan 16:9

Demikian teknik membuat video seperti Cinema atau film Bioskop. Disadur dari Jake Coppinger 2014


Bisa dijadikan contoh membuat warna video seperti dibawah ini


Atau membuat video Timelapse dengan suasana gedung di Jakarta seperti dibawah ini.


Bisa mengunakan Sony Vegas, dapat mengikuti tip dengan memberi kesan dengan layar lebar 21:9 seperti layar Cinema


Video editing bagi yang tak ingin repot dalam pengeditanya dapat menggunakan Sony Vegas Video Editing atau untuk hasil yang lebih profesional dapat menggunakan Adobe Premiere CC.

(credits, kamerakitamjk.wordpress.com)

0 komentar:

Posting Komentar