Kita bisa menyusun daftar “siapa
salah”, namun tentu saja kecanduan ini bukan tanggungjawab pembuat
gadget, bukan tanggungjawab pembuat game, bukan tanggungjawab penyedia
internet, apalagi tanggungjawab sang anak yang kecanduan, tetapi jelas
ini tanggungjawab yang diberi amanah, yaitu orangtua.
Kecanduan (addictive) adalah aktifitas yang susah dikendalikan dan
susah dilepaskan, kemudian menimbulkan Addictive Disorder (gangguan
karena kecanduan). Untuk kecanduan gadget, gangguan yang dialami
beragam, seperti gangguan kesehatan fisik (mata, obesitas dll), gangguan
mental (depresi, introvert dll), gangguan nalar (tumpul, pendek, malas
dll) maupun sosial (anti sosial, disconnected) dsbnya.
Penyebab kecanduan diungkap oleh banyak pakar, dan hampir selalu sama
yaitu kurang kegiatan sosial atau kesepian, rasa penasaran serta gairah
hadiah yang biasanya diberikan oleh game (dopamin reward), pelarian
dari masalah, perilaku orangtua di rumah yang memperlihatkan
ketergantungan tinggi pada gadget dalam keseharian dstnya.
Sesungguhnya, gadget awalnya hanyalah perangkat untuk mengakses
informasi di internet, namun kemudian berkembang menjadi untuk bersosial
termasuk berbisnis, lalu ada entertainment berupa film, music, game
game yang disediakan sebagai pelepas lelah, lalu ada pornografi sebagai
daya tarik.
Keberadaan gadget dan internet adalah realitas zaman di abad 21,
tidak bisa dielakkan oleh generasi kita (X,Y) apalagi generasi (Z) anak
anak kita, karena mereka hidup dengannya dan di dalamnya. Jadi yang
dibutuhkan adalah kemampuan dan kecerdasan memilah dan memilih informasi
yang “relevan” dengan kebutuhan dan usia, kemudian mengelola,
menciptakan dan menggunakannya.
Solusi agar anak tidak kecanduan sesungguhnya sederhana, yaitu
relevankan teknologi dengan fase penumbuhan potensi fitrah sesuai fitrah
perkembangan manusia. Tentu saja peran orangtua harus full.
Usia 0- 2 tahun
Menyusui ekslusif sesungguhnya bagian terpenting dari menumbuhkan
semua fitrah, termasuk fitrah keimanan, dimana anak merasakan
perlindungan, kasih sayang, “supply rezqi” Tuhannya melalui ibunya.
Aspek penguatan Tauhid Rubbubiyatullah (Allah sebagai pencipta,
pelindung, pemberi rezqi, pemelihara) dilakukan melalui pemberian ASI
secara eksklusif. Fokuslah ketika memberi ASI, pandangi, sentuh dan
belai, ajak bicara bayi.
Maka dilarang keras bagi para ibu menyusui anaknya sambil update
status di sosmed atau kuliah di WA. Ketika menyusui sesungguhnya anak
bukan membutuhkan asupan nutrisi semata tetapi asupan fitrah keimanan
dan lainnya berupa kasih sayang, kelekatan dstnya.
Usia 3-6 tahun.
Di usia ini, imaji dan abstraksi anak sedang tumbuh indah indahnya.
Fitrahnya baru merekah indah. Senso motorik memerlukan interaksi real
(bukan imitasi) di alam dengan menyentuh, memegang, merasakan alam
nyata. Walau anak masih ego sentris belum membutuhkan bersosial, namun
mereka membutuhkan penumbuhan fitrah fitrahnya dengan dibangkitkan
gairah cintanya pada Allah, diinteraksi pada alam dan permainan
imajinatif, diberikan bahasa ibu yang sempurna, dibangun kelekatan penuh
dengan keduaorangtua, dstnya.
Ingatlah bahwa Interaksi terbaik sosial anak pada usia ini adalah dengan kedua orangtuanya.
Gadget sebaiknya dijauhkan sama sekali dari akses langsung anak usia
ini tanpa pendampingan. Jikapun dalam keadaan tertentu, ingin
menggunakan gadget sebagai alat belajar, maka harus didampingi dengan
waktu terbatas. Dilarang keras mengenalkan game sama sekali. Awas Film
atau TV di gadget umumnya kecepatan frame nya per detik melampaui
kemampuan anak dalam membaca frame per detik sehingga dapat merusak
otak. Jadi apapun alasannya sebaiknya anak usia 3-6 tahun harus lebih
banyak bermain di alam dan real kehidupan.
Di Inggris kasus anak kecanduan iPad sangat banyak terjadi sampai
harus diterapi. Mereka tidak bisa berhenti bermain gadget dan marah atau
meraung raung sejadinya jika diambil. Jika sudah demikian maka harus
menjalani detoks gadget dengan biaya puluhan juta per bulan.
Usia 7 – 10 tahun
Tahap usia ini fitrah belajar dan bernalar sedang puncaknya.
Begitupula fitrah sosialnya sedang tumbuh bersamaan datangnya perintah
sholat. Secara fitrah seksualitas juga anak sedang membutuhkan peran
kelelakian dan peran keperempuanan dengan baik. Maka masa ini adalah
masa untuk menumbuhkan fitrah seksualitas, fitrah belajar, fitrah sosial
dengan interaksi terbaiknya adalah orangtua, alam dan kehidupan sosial.
Anak anak harus disibukkan dengan kelekatan pada orangtua, belajar
bersama alam dan mengenal kehidupan atau realita sosial.
Pengunaan Gadget sebaiknya relevan dengan fitrah yang akan
ditumbuhkan, jadi hanya sebagai pendukung untuk komunikasi dan
informasi. Penggunaan game pada usia ini dibatasi dengan game belajar
tanpa reward berlebihan yang relevan dengan minat dan bakat. Kepemilikan
gadget belum diizinkan pada usia ini.
Usia 11 – 14 tahun.
Tahap usia ini disebut pre aqilbaligh, adalah tahap paling kritis
dalam masa pertumbuhan anak menjelang dewasa atau menuju aqilbaligh.
Tahap ini fitrah bakat memerlukan pengembangan yang serius. Anak sudah
memerlukan akses informasi dan belajar online lebih banyak serta
komunikasi dengan jaringan sosialnya. Di usia ini diharapkan anak sudah
“kutahu yang kumahu”, sehingga gadget termanfaatkan secara positif dan
produktif. Di usia ini, anak lelaki harus lebih didekatkan pada Ibu dan
begitupula sebaliknya, anak perempuan lebih didekatkan pada ayahnya.
Jangan berikan kepemilikan gadget sampai anak benar benar jelas
ditemukan bakatnya dan dirancang program pengembangannya. Tanpa
kejelasan itu maka gadget hanya akan menghambat kemandiriannya dan
pengembangan bakatnya.
Usia 15 tahun ke atas.
Pada tahap ini secara syariah sesungguhnya anak sudah bukan anak anak
lagi, jadi jangan perlakukan mereka seperti anak anak. mereka bahkan
harus diizinkan memiliki gadget layaknya orang dewasa, namun dengan
asumsi sudah punya peran yang dijalani serius sejak pre aqilbagh.
Orang dewasa sudah punya tanggungjawab atas dirinya, jadikan pemuda
pemuda kita sejak usia 15 tahun sebagai mitra dalam bisnis, sosial dan
dakwah. Beberapa orang dewasa yang kekanak kanakan, adalah karena tidak
tumbuh fitrahnya dengan baik pada masa anak anak sebelumnya, umumnya
mereka dirampas masa anak anaknya karena obsesi orangtuanya atau
dibiarkan fitrahnya disimpangkan gadget dan lingkungan karena kesibukan
orangtuanya.
Kesimpulan
Gadget dan internet sesungguhnya tidak akan pernah membuat kecanduan
jika anak anak kita disibukkan dengan penumbuhan semua aspek fitrahnya
sesuai tahap perkembangannya, termasuk kelekatan kepada kedua
orangtuanya. Sesùngguhnya kegelapan hanya ada ketika tiada cahaya.
Salam Pendidikan Peradaban.
(repost from ekoharsono.wordpress.com)
0 komentar:
Posting Komentar